BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sehubungan dengan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing dalam mata kuliah Pengelolaan Kelas untuk menyusun sebuah makalah tentang Pengelolaan Kelas yang Ideal dalam Pemberian Layanan Bimbingan dan Konseing.
Maka dengan rendah hati penulis memberanikan diri untuk menyusun
makalah ini, dengan didasari tanggung jawab moral penulis sebagai
mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Karena
disadari dalam memberikan layanan BK tidak selamanya guru pembimbing
dapat mengelola kelas dengan efektif sehingg tujuan pemberian layanan
tidak tercapai dengan baik. Bimbingan merupakan
bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat
timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan
di sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang semaksimal
mungkin. Dengan demikian bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam
keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh
tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut. Maka dibutuhkannya pemahaman tentang pengelolaan kelas yang ideal.
B. Batasan Masalah
Dari
sekian permasalahan yang ada tidak mungkin penulis dapat membahasnya
secara keseluruhan, karena mengingat kemampuan yang ada baik
intelektual, biaya dan waktu yang dimiliki penulis sangat terbatas. Maka
penulis perlu memberikan batasan-batasan masalah. Pembatasan masalah
diperlukan untuk memperjelas permasalahan yang ingin dipecahkan.
Oleh karena itu, penulis memberikan batasan : Pengelolaan kelas yang ideal dalam pemberian layanan BK bagi peserta layanan.
C. Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan pedoman dan acuan bagi mahasiswa dalam mempelajari tentang pengelolaan kelas yang ideal lebih dalam. Sehingga, mereka mampu memahami bagaimana
cara agar siswa dapat mengikuti layanan dan memahami isi layanan serta
jika ada masalah dalam kelas, guru pembimbing dapat segera mengatasinya.
D. Manfaat
Dari
segenap pembahasan yang telah dipaparkan, harapan yang ingin diwujudkan
dalam makalah ini tercakup secara teoretis dan secara praktis yang
meliputi:
1. Secara teoretis
Makalah ini diharapkan berguna untuk memberikan sumbangan terhadap usaha peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan dalam bidang pengelolaan kelas.
2. Secara praktis
Tujuan praktis dari makalah ini adalah: meningkatkan pengetahuan mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Bukittinggi tentang Pengelolaan Kelas yang Ideal dalam Pemberian Layanan BK.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengelolaan Kelas
Kualitas
belajar siswa dalam proses belajar mengajar tergantung pada banyak
faktor antara lain jumlah siswa dalam kelas yang merupakan bagian dari
pengelolaan kelas.
Kelas
dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian
dari masyarakat sekolah dan menjadi satu kesatuan yang diorganisir
menjadi unit kerja secara dinamis dalam kegiatan pembelajaran yang
kreatif untuk mencapai tujuan.
Sedangkan
pengelolaan kelas segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana
belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotifasi
siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan. (pengelolaan kelas di
Sekolah Dasar, 1993 /1994)
Ada beberapa pandangan tentang makna pengelolaan kelas, yaitu :
1) Pandangan
yang bersifat otoritatif, yang memandang pengelolaan kelas sebagai
proses yang bertujuan untuk mengontrol tingkah laku siswa.
2) Pandangan
yang bersifat permisif, yaitu pengelolaan kelas dipandang sebagai
kegiatan yang dilakukan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa.
3) Pandangan
yang mengisyaratkan pengelolaan kelas yang dilakukan dengan seperangkat
peraturan / norma untuk mendukung pelaksanaan kegiatan mengajar di
kelas.
4) Pandangan yang bersifat psikologi behavioural, yaitu proses pengubahan tingkah laku siswa.
5) Pandangan psikologi klinis dan konseling, proses penciptaan iklim social emosional yang sehat dan positif.
6) Group process, didasarkan pada pandangan psikologi social dan dinamika kelompok.
B. Tujuan Pengelolaan Kelas
Menurut Ahmad (1995:2) bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
1.
Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar
maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk
mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.
3.
Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung
dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial,
emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
4. Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.
Tujuan
pengelolaan kelas menurut Sudirman (dalam Djamarah 2006:170) pada
hakikatnya terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas
adalah penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa
dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.
Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja.
Terciptanya
suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan
intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa.
C. Pengelolaan kelas yang efektif
Kegiatan
guru didalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola
kelas. Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan siswa
mencapai tujuan-tujuan seperti menelaah kebutuhan-kebutuhan siswa,
menyusun rencana pelajaran, menyajikan bahan pelajaran kepada siswa,
mengajukan pertanyaan kepada siswa, menilai kemajuan siswa adalah
contoh-contoh kegiatan mengajar.
Kegiatan
mengelola kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana
(kondisi) kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara
efektif dan efisien. Memberi ganjaran dengan segera, mengembangkan
hubungan yang baik antara guru dan siswa, mengembangkan aturan permainan
dalam kegiatan kelompok adalah contoh-contoh kegiatan mengelola kelas.
Efektifitas
pengelolaan kelas merupakan upaya pihak guru untuk menata kehidupan
kelas dan melakukan serangkaian usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk
menciptakan, memelihara dan mengatur kondisi yang optimal serta
memperbaiki jika terjadi gangguan agar proses belajar mengajar
berlangsung secara efektif dan efesien.
Ciri
bahwa suatu pengelolaan kelas berjalan efektif antara lain adalah
menarik, menantang, mencapai target ( ketercapaian ), relevan dan
melibatkan pembelajar sepenuhnya atau dalam bahasa Inggris dikatakan
Interesting, Challenging, Achievable, Relevant, Engaging (I C A R E ).
Caranya agar proses pembelajaran di kelas menjadi I C A R E, ada langkah-langkah penting yang harus diperhatikan para guru untuk dapat menciptakan proses pembelajaran yang I C A R E :
1.
Ciptakan kelas yang tertib dan nyaman penuh integritas salah satu
caranya ialah dengan membuat kesepakatan penting di awal tahun
pembelajaran atau awal semester
2. Ciptakan skenario pemberian layanan semenarik mungkin, sesuaikan dengan berbagai aspek yang dimiliki siswa.
3.
Mulailah proses pemberian layanan dengan pertanyaan provokasi atau
gunakan metode inkuiri dalam proses pemberian layanan yang dapat
memunculkan perasaan tertantang pada diri siswa
4.
Guru menyampaikan tujuan diberikannya materi layanan kepada siswa
sebelum proses pemberian layanan, agar ada kebersamaan dalam upaya
pencapaiannya.
5. Agar guru mengetahui relevansi materi layanan dengan kebutuhan siswa, maka guru harus berusaha mengetahui dunia siswa.
6.
Ciptakan strategi yang dapat melibatkan siswa sepenuhnya, yang mana
belajar bagi siswa adalah merupakan proses menciptakan pengetahuan
secara aktif dan bukan menerima informasi secara pasif . Dapat dikatakan
bahwa perilaku positif siswa dalam proses layanan akan sangat meningkat
jika mereka terlibat dengan kurikulum.
D. Pengelolaan kelas dalam pemberian layanan BK
M.
Surya (1988:12) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses
pemberian atau layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari
pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal
dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Bimbingan
ialah penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu
itu dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
di dalam kehidupannya (Oemar Hamalik, 2000:193).
Dari
beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah inti sari bahwa
bimbingan dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang
diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya
seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya (self
understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya
(self direction), dan merealisasikan dirinya (self realization).
Konseling
adalah proses pemberian yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh
seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien (Prayitno,
1997:106).
Suatu
program pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan
terselenggara dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan
(manajemen) yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis,
dan terarah.
Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 pasal 3 dinyatakan bahwa
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Mahaesa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sejalan
dengan tujuan pendidikan nasional maka dirumuskan tujuan pendidikan
dasar yakni memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga
negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk
mengikuti pendidikan menengah (pasal 3 PP nomor 28 tahun 1990 tentang
Pendidikan Dasar).
Dalam
konteks pemberian layanan bimbingan konseling, Prayitno (1997:35-36)
mengatakan bahwa pemberian layanan bimbingan konseling meliputi layanan
orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling
perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.
Dalam
Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan Konseling
tersirat bahwa suatu sistem layanan bimbingan dan konseling berbasis
kompetensi tidak mungkin akan tercipta dan tercapai dengan baik apabila
tidak memiliki sistem pengelolaan yang bermutu.
Artinya,
hal itu perlu dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Disini
peran guru pembimbing dalam mengelola kelas agar siswa dapat memahami
isi dari materi layanan yang disampaikan guru pembimbing dalam kelas.
E. Petingnya komunikasi dalam mengeola kelas
Istilah
komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata
communist yang berarti sama makna. Jadi, kalau dua orang yang terlibat
dalam komunikasi misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan
terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang
diperbincangkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu
belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan perkataan lain mengerti
bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa
itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif
apabila kedua-duanya saling mengerti bahasa yang dipergunakan, juga
mengerti makna dari yang diperbincangkan.
Akan
tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas sifatnya dasar,
dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan
makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena
komunikasi tidak hanya informative, yakni agar orang lain mengerti dan
tahu tetapi juga persuasif, yaitu orang lain bersedia menerima suatu
faham atau keyakinan, melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan dan
lain-lain.
Kegiatan untuk membantu siswa merasa diterima oleh guru dan teman sejawatnya:
1. Mencoba membangun hubungan dengan siswa di kelas.
1. Mencoba membangun hubungan dengan siswa di kelas.
Berdiskusi secara informal dengan siswa tentang topik yang menarik siswa selama dan sesudah membahas materi layanan.
2. Memantau sikap guru sendiri.
Selama pembelajaran interaksi dengan siswa di kelas, cobalah secara sadar mengingat harapan-harapan positif.
3. Melaksanakan tata tertib kelas yang positif dan merata.
Kontak
mata dengan setiap siswa di kelas sambil berbicara tataplah siswa secar
bergiliran, perhatian harus tertuju ke empat sudut ruangan dan
berpindah ke semua bagian ruang kelas.
4. Menanggapi secara positif jawaban atau tugas siswa yang salah atau kurang.
Hargailah setiap jawaban siswa, berikan pujian atas jawaban yang benar, identifikasi pertanyaan yang dijawab dengan salah.
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar secara koperatif
6. Meminta siswa mengembangkan strategi agar diterima oleh temannya.
Hindari mengingatkan siswa tentang hal negatif yang dikerjakannya atau yang terjadi pada mereka.
Kegiatan untuk membantu siswa merasa kelas sebagai tempat yang nyaman dan aman/tertib
1. Senantiasa menggunakan kegiatan ynag melibatkan gerakan fisik,
2. Minat siswa menentukan sendiri standar rasa nyaman dan tertibnya,
3. Memperkenalkan konsep bracketing melupakan masalah dengan memikirkan hal lain,
4. Membangun dan mengkomunikasikan aturan tata tertib dan prosedur kelas,
5. Menetapakan kebijakan yang jelas tentang keselamatan fidik siswa,
6. Waspada terhadap gangguan dendam dan ancaman di dalam atau di luar kelas dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah atau menghentikan tindak pelecehan.
1. Senantiasa menggunakan kegiatan ynag melibatkan gerakan fisik,
2. Minat siswa menentukan sendiri standar rasa nyaman dan tertibnya,
3. Memperkenalkan konsep bracketing melupakan masalah dengan memikirkan hal lain,
4. Membangun dan mengkomunikasikan aturan tata tertib dan prosedur kelas,
5. Menetapakan kebijakan yang jelas tentang keselamatan fidik siswa,
6. Waspada terhadap gangguan dendam dan ancaman di dalam atau di luar kelas dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah atau menghentikan tindak pelecehan.
F. Penanganan peserta didik yang bermasalah
Pembinaan
peserta didik dilaksanakan oleh seluruh unsur pendidik yaitu sekolah,
orang tua, masyarakat dan pemerintah, dengan mekanisme penanganan
sebagai berikut ;
Seorang
peserta didik yang melanggar tata tertib ditindak oleh semua dapat
guru/petugas lain, guru piket, wali kelas bahkan langsung oleh kepala
sekolah. Tindakan tersebut diinformasikan kepada wali kelas yang
bersangkutan (dengan menggunakan kartu komunikasi).
Sementara
itu guru pembimbing berperan dalam mengetahui sebab-sebab yang melatar
belakangi sikap dan tindakan peserta didik tersebut. Dalam hal ini guru
pembimbing bertugas membantu menangani masalah peserta didik tersebut
dengan meneliti latar belakang tindakan peserta didik melalui
serangkaian wawancara dan informasi dari sejumlah sumber data, setelah
wali kelas merekomendasikannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan
kemampuan siswa secara optimal untuk berkreasi, mandiri, bertanggung
jawab dan memecahkan masalah merupakan tanggung jawab yang besar dari
kegiatan pendidikan. Oleh karena itu, pemahaman potensi pribadi sangat
penting untuk perkembangan siswa sebagai manusia yang utuh. Disamping
itu, dalam perkembangannya siswa sering kali menghadapi masalah yang
tidak mampu dipecahkan sendiri, sehingga mengganggu keberhasilan
belajarnya.
Untuk
membantu proses perkembangan pribadi dan mengatasi masalah yang
dihadapi sering kali siswa memerluakan bantuan professional. Sekolah
harus dapat menyediakan layanan
professional yang dimaksud berupa layanan bimbingan dan koseling,
karena sekolah merupakan lingkungan yang terpenting setelah keluarga.
Layanan ini dalam batas tertentu dapat dilakukan guru, tetapi jika
masalahnya berat diperlukan petugas khusus konselor untuk menanganinya.
Dalam
melaksanakan layanan tersebut, konseor tentunya memerlukan pemahaman
tentang pengelolaan kelas yang ideal sehingga pemberian materi layanan
dapat berjalan dengan lancer dan mencapai tujuan, serta konselor dapat
menguasai kelas dengan baik.
B. Saran
Sebagai
seorang guru seharusnya dalam kegiatan belajar mengajar bukan hanya
memperhatikan aspek akademisnya saja tetapi juga harus melakukan
pendekatan emosional dengan siswa. Salah satu caranya yaitu dengan
diadakannya bimbingan dan konseling yang secara tidak langsung akan
berhubungan dengan keberhasilan belajar siswa tersebut.